Home » , , » Pendidikan Indonesia, sekarang tidak jongkok, Melainkan TENGKURAP and NGESOT!!!

Pendidikan Indonesia, sekarang tidak jongkok, Melainkan TENGKURAP and NGESOT!!!

Written By amoy ya annisaa on Jumat, 11 Mei 2012 | 00.38


 Pendidikan di Indonesia saat ini tidak hanya bisa dikatakan jongkok melainkan tengkurap alias sudah sangat parah.
Berdasarkan hasil penelitian The Political and Economic Risk Consultacy (PERC) medio September 2001 dinyatakan
bahwa sistem pendidikan di Indonesia berada diurutan 12 dari 12 negara Asia, bahkan lebih rendah dari Vietnam.
Sementara itu berdasarkan hasil penilaian Program Pembangunan PBB (UNDP) pada tahun 2000 menunjukkan kualitas
SDM Indonesia menduduki urutan ke-109 dari 174 negara atau sangat jauh dibandingkan dengan Singapura
yang berada pada urutan ke-24, Malaysia pada urutan ke-61, Thailand urutan ke-76, dan
Filipina urutan ke-77 (Satunet.com). hasil penelitian yang lainnya pun juga menggambarkan
betapa Negara Indonesia ini tertinggal jauh dengan negara lain dalam bidang pendidikan.
Belum tuntas dengan ketertinggalan kita diantara Negara lain, pendidikan Indonesia juga dinodai dengan tinta
pekat oleh pelaku pendidikan itu sendiri. Tahun 2007 kita dikagetkan dengan meninggalnya Cliff Muntu,
Praja tingkat II IPDN dalam aksi premanisme dan kekerasan yang dilakukan oleh senior-seniornya.
Sesungguhnya premanisme pendidikan sudah menjadi tontonan umum di masyarakat kita,
satu contoh lagi pada jawapos 20/12/08 diberitakan seorang guru SMP lamongan yang menyuruh
muridnya untuk melayani nafsu bejadnya di tenda. Krisis kejujuran pun juga dialami oleh pendidikan kita.
Data menunjukkan bahwa 18 pengawas, 17 guru, dan seorang kepala sekolah yang tergabung dalam
Komunitas Air Mata Guru (KAMG) diminta untuk mengundurkan diri karena telah membongkar
kebocoran UN 2007 (wibowo, 41:2008). Sungguh julukan apa lagi yang harus kita katakan
pada pendidikan ini bila kejujuran dihadiahi dengan kedzaliman sepihak bukan ucapan terimakasih.
Tidak berheti disitu, pendidikan yang kita saksikan saat ini juga melahirkan ratusan pengangguran t
erdidik pertahunnya. Menurut badan statistic tenaga kerja, pengangguran sarjana lulusan universitas
sekitar 385 jiwa-pemuda (184.497); pemudi (200.921), bila ditotalkan sekitar 708.254 jiwa.
Itu semua tentunya bukan prestasi yang pantas kita banggakan. Mahalnya pendidikan juga kita rasakan saat ini.
Berapa juta orang yang tak mampu untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi hanya karena tidak
memiliki dana yang memadai. Kesenjangan pendidikan yang semakin parah ini sampai membuat orang
mengatakan bahwa rakyat miskin dilarang sekolah. Padahal semua warga berhak mendapatkan
pendidikan yang layak. Bukankah majunya pendidikan juga akan menjadikan bangsa ini terpandang?.
Silang sengkarut dunia pendidikan kita diatas masih belum mencapai klimaksnya.
Banyak dari kalangan pemerhati dan pelaku pendidikan, tidak mempersoalkan hal yang lebih mendasar.
Yakni tentang sistem pendidikan nasional yang ditudingnya masih mewarisi sistem pendidikan kolonial.
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini memang adalah sistem
pendidikan yang sekular-materialistik. Hal tersebut dapat kita lihat dalam realita disekitar kita.
Pendidikan yang ada dalam Negara kita ini semakin tinggi semakin sedikit pula porsi pendidikan agamanya (sekuler).
Padahal hal tersebut sangat penting, betapa tidak ketika seseorang itu pandai dan memiliki
kedudukan namun dalam dirinya tidak terdapat aqidah yang kuat maka jabatannya itupun akan
digunakan untuk korupsi, mencabuli muridnya, menganiaya juniornya dan bahkan menindas para
orang-orang yang jujur seperti yang tergabung dalam KAMG. Dampak dari pendidikan yang sekuler
juga bisa kita lihat pada maraknya budaya bebas pada remaja kita, mulai dari pacaran, freesex,
aborsi dan juga tawuran. Pantas saja di Negara ini gagal dalam melahirkan orang-orang yang sholeh dan intelektual.
Selain sekuler sisterm pendidikan saat ini juga materialistik. Hal ini juga dapat kita lihat betapa seorang mahasiswa
kebanyakan kuliah hanya untuk mencari pekerjaan. Padahal motivasi yang dibangun atas dasar materi adalah
motivasi terendah setelah emosi dan spiritual. Mereka besar kemungkinan akan terjangkit krisis kepribadian,
ya inilah awal kehancuran bangsa.
Melihat peliknya masalah yang dihadapi sistem pendidikan yang saat ini,
 maka kami dari Hizbut Tahrir Indonesia memberikan solusi alternatif dengan islam.
Solusi ini pun juga sudah teruji selama 13 abad lamanya dan pernah dicontohkan Rasulullah Saw.
Inilah sistem pendidikan islam, dimana tujuan sistem pendidikan ini adalah membentuk manusia yang
(1) berkepribadian Islam, (2) menguasai tsaqofah Islam, (3) menguasai ilmu kehidupan (sainsteknologi dan keahlian)
yang memadai. Sehingga tidak heran jika pada zaman kekhilafahan islam dahulu banyak sekali ilmuan yang juga
sekaligus sebagai ulama yang menggali hukum islam untuk dijadikan solusi kehidupan.
Sebut saja Ibnu Sina, Ibnu Haitsam, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusydi, dan masih banyak lagi merupakan
ilmuwan-ilmuwan Islam yang karya-karyanya tercatat terus dipakai bahkan hingga saat ini. Tidak hanya itu,
dalam sistem islam juga menjamin pendidikan gratis karena pendidikan dalam pandangan
islam adalah hak setiap warga, sehingga tidak memandang batasan kaya dan miskin.
Negara juga memfasilitasi jalannya pendidikan dengan biaya dari baitul Maal. Contohnya,
 Madrasah Al Muntashiriah yang didirikan Khalifah Al Muntashir di kota Baghdad.
Di sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa sebesar satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya.
Fasilitas seperti perpustakaan, bahkan rumah sakit dan pemandian tersedia lengkap di sana. Begitu pula dengan Madrasah
 An-Nuriah di Damaskus yang didirikan pada abad keenam Hijriah oleh Khalifah Sultan Nuruddin Muhammad Zanky.
Di sekolah ini terdapat fasilitas lain seperti asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan untuk siswa,
staf pengajar dan para pelayan serta ruang besar untuk ceramah. Khalifah Umar Ibnu Khattab jauh sebelum itu,
memberikan gaji kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di kota Madinah masing-masing sebesar
15 dinar setiap bulan (kira-kira 7,7 juta). Tentu saja tidak akan pernah cukup kertas ini untuk menulis
 bagaimana keagungan sistem islam baik secara material maupun spiritual.
Menuju kegemilangan islam tidak hanya cukup sistem pendidikan islam, namun membutuhkan juga
sistem perpolitikan islam, perekonomian islam, dan sistem pertahanan islam. Semua itu bisa terwujud tidak dari
sistem kapitalis demokrasi saat ini melainkan sistem pemerintahan islam dalam bingkai Khilafah islamiyah.
Khilafalah yang mampu mewujudkan kesejahteraan umat. Bukankah kejayaan diatas terlahir dari sistem islam bukan
dari sistem kapitalis seperti saat ini?. Oleh karena itu mari kita jemput dan kita perjuangkan
Khilafah yang juga merupakan janji Allah Swt. (7L) -dimuat di nasroh HTI CHAPTER UNESA LIDAH,
cuma judulnya aja dah diganti lebih garang-
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar